story
Bagiku mencintai adalah proses memahami dan merelakan
(Aku setuju akan hal ini). Mungkin terlalu sederhana untuk mengungkapkan makna
cinta. Sebab, bagi banyak orang cinta adalah kesetiaan, dan setia berarti
menyertai selamanya. Lalu apakah cita harus memiliki? Kurasa tidak, sebab cukup
dengan merasakan cinta, maka hadirlah cinta itu. Menurutku, memenjarakan cinta
adalah membunuh kemerdekaan. Sebab cinta adalah awan yang mengembara bebas
untuk singgah semaunya dimana saja.
First _ _ _ _? ? ?
Sejenak mataku
terpaku pada sesosok buku kuning yang rasanya tak asing bagiku.
Hei, bukankah itu
diaryku? Sejak kapan dia disini? ?
Ku telusuri lembar
demi lembar, ku baca kata demi kata, tak henti tanganku mengikuti baris demi
baris. Tak jarang bulu kudukku dibuat tegak olehnya.
Hoooo. . . Aku
tertawa dalam hati, tak kusangka aku pernah seperti ini. .
Dan aku terpaku pada
sebuah memoar yang bisa dibilang manis tapi menyakitkan. Sebuah sajak yang aku
buat kala aku merasa sebuah kata yang mungkin bagi banyak orang adalah
kebahagiaan, tapi bagiku (saat itu) adalah sebuah belenggu yang membuat aku
tersiksa. Ya, cinta pertama bagi banyak orang adalah sesuatu yang manis dan
tidak mudah dilupakan. Aku tak menyalahkan sepenuhnya, tapi bagiku cinta
pertama tak harus menjadi sebuah kenangan manis yang harus kita rengkuh
selamanya. Mereka boleh kita tengok kembali namun kita tidak bisa selalu
membawa bayang-bayangnya kemanapun kita melangkah.
Ku kutip kembali
catatan berkesan yang pernah aku baca (aku lupa dari mana) dan ku tulis kembali
dalam diaryku itu,
Sebagaimana bunga diantara dedaunan yang menguncup
dan bersemi di akhir musim, aku tak perlu memilikinya untuk dapat mengungkapkan
perasaan cinta atau mencerabutnya, aku miliki sendiri, aku ciumi, lalu wangi
menebar, keindahan menerawang. Untuk apa kalau kemudian bunga itu layu,
berpisah dengan kesegaran dedaunan, terenggut dari perasaan nyaman, jika
sesudah itu paling-paling aku membuangnya.
Membuang cinta? ? Ah tidak, aku tidak akan pernah
mau. Bagiku hanya cinta yang cukup untuk cinta.
Yaaa. . .hanya cinta yang bisa mencintai cinta,
sebagaimana cinta Yang Maha Cinta untukku dan kita semua. .
~Selamat datang cinta**~
Sungguh indah
melihatnya, sungguh terpaku aku dibuatnya. Dan aku menyetujuinya. Bagiku
memaksakan sesuatu untuk menjadi milik kita akan lebih sakit dibandingkan
ketika kita melalui proses mendapatkan apa yang kita inginkan walaupun pada
akhirnya dia tidak bisa menjadi milik kita.
Akan lebih mudah merelakannya saat kita telah melalui proses yang kita ingin daripada sebuah proses yang penuh keterpaksaan. Sesuatu yang dibilang cinta tak harus selamanya menjadi beban yang harus kita rengkuh. Mencintai cinta membuat kita memahami dan merelakan kemana cinta melangkah.
Akan lebih mudah merelakannya saat kita telah melalui proses yang kita ingin daripada sebuah proses yang penuh keterpaksaan. Sesuatu yang dibilang cinta tak harus selamanya menjadi beban yang harus kita rengkuh. Mencintai cinta membuat kita memahami dan merelakan kemana cinta melangkah.
Memori-memori itu
kembali terputar dalam benakku. Namun hanya sejenak, karena kemudian aku
tersenyum melihat apa yang aku peroleh sekarang. Semua begitu indah. . Tak kan ku
benci kenangan yang telah singgah dalam hidupku. Namun tak juga ku bawa serta
dia selalu bersamaku. Dia hanya bagaikan sebuah ruangan dengan pintu tertutup,
yang boleh saja aku buka hanya untuk menengoknya tanpa perlu masuk lebih jauh.
Mengembangkan senyum di depannya dan kemudian menutupnya kembali.
Dan hanya saran
dariku, mencintai cinta karena-Nya lebih indah dibanding mencintai cinta karena
keterpaksaan dan keinginan semata. . .
**dikutip
dari sebuah cerpen dalam majalah Annida dengan sedikit pengubahan. Tahun dan
edisi sudah lupa. . (maaf). Tapi makasih buat penulisnya, sajak yang sederhana
namun begitu indah. :)
0 komentar:
Kirimkan ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz