Media Mainstream dan Media Alternatif (Mulai dari Diri Sendiri)
Seringkah anda menilai seseorang hanya dari penampilannya saat pertama kali melihatnya? Pernahkah penilaian anda ternyata salah terhadapnya?
Pernahkah anda langsung mempercayai apa yang anda baca di media?Pernahkah yang anda percayai dari media ternyata tidak sepenuhnya benar?Dan, apa yang sudah anda lakukan untuk mengubah penilaian itu?
Referensi:
Approaching alternative media: theory and methodology. Alternative Media bab 1, Chris Atton. 2002.
Sering kali saya merasa kurang nyaman saat bertemu dengan orang lain yang cukup berbeda dengan saya atau saat mereka memandang saya dengan tatapan berbeda. Apalagi ketika saya masih di kendaraan umum saat malam hari, atau saat saya di ruang tunggu seperti saat ini.
Well, saya sendiri merasa tidak ada yang istimewa dari diri saya. Hanya saja terkadang, ketika orang menjadi kaget saat tahu saya seperti apa, ada jarak kemudian yang dibuat, entah dari saya atau dari mereka.
Seperti halnya kemarin, saat saya ingin melihat bagaimana pengemudi perempuan saat bekerja. Ketika saya memperkenalkan diri dan bermaksud hanya ingin mengobrol, ada penolakan saat itu. Dan itu tidak hanya terjadi satu kali, tapi tiga kali. Sejenak saya berfikir, adakah yang salah dengan saya, ucapan saya, atau sudut pandang saya melihat mereka? Dan sepertinya saya terlalu terpaku pada informasi yang saya dapatkan sebelumnya dari media mengenai mereka.
Namun, bagaimanapun juga hidup kita memang tidak bisa lepas dari media. Beragam informasi kita dapatkan dari media. Dn pernahkah anda merasa percaya begitu saja dengan berita yang ada di media? Bagaimana jika ternyata yang anda baca tidak sepenuhnya tepat?
Apa yang ditayangkan dalam media tidak bisa begitu saja kita ambil dan percayai. Kita perlu melihat kembali dan mencari tahu lebih banyak tentang apa yang disajikan.
Misalnya saja, sebuah program semacam reality show (yang dulu pernah tayang) yang mengisahkan tentang seorang artis mengunjungi sebuah daerah terpencil dan ikut dalam keseharian mmasyarakatdaerah tersebut, termasuk kegiatan adat yang mereka lakukan. Jika kita tidak mencari tahu lebih banyak, kita akan berpikiran bahwa masyarakat daerah itu lebih primitif daripada kita atau segala stigma negatif muncul kemudian.
Sebagian media mainstream saat ini, menurut saya, masih cenderung memihak satu kaum. Dan kehadiran media alternatif kemudian diperlukan untuk kita melihat kembali bagaimana sebenarnya kaum minoritas dan dengan demikian kita bisa setidaknya belajar untuk mengetahui apa yang seharusnya kita lakukan. Sebagaimana yang dikatakan Chris Antton dalam Media Alternatif, media besar cenderung memperdebatkan kelompok minoritas dan adanya media altenatif seharusnya bisa menjadi wadah untuk melihat itu dari sudut pandang yang berbeda.
Menurut saya, adanya media baru kini bisa menjadi jalan untuk memperluas fungsi dari media alternatif. Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang kita, khususnya yang berasal dari kalangan mayoritas, lakukan terhadap kaum minoritas dengan kehadiran media alternatif. Bagaimanapun pendapat kita, setidaknya jangan sampai kita mendiskriminasi mereka.
Referensi:
Approaching alternative media: theory and methodology. Alternative Media bab 1, Chris Atton. 2002.