tag:blogger.com,1999:blog-5964137449499603293.post3224719832231433197..comments2023-07-18T06:31:56.660-07:00Comments on SoUL: Budaya, Representasi Makna dan/atau Penanda???Lailiyanrhttp://www.blogger.com/profile/14208431114488608848noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-5964137449499603293.post-74647185567796865092017-03-13T07:25:20.486-07:002017-03-13T07:25:20.486-07:00Good!, review yang menarik, merangsang pembaca unt...Good!, review yang menarik, merangsang pembaca untuk mengkonsumsi lebih lanjut bukunya Stuart Hall tersebut secara utuh. Lalu, terkait dengan lirik lagu “...wanita dijajah pria sejak dulu, dijadikan perhiasan sangkar madu…”. Apakah lirik lagu tersebut masih relevan untuk saat ini? Menurut Saya, lirik lagu tersebut masih bisa merepresentasikan perempuan Indonesia, selama mereka masih hidup di lingkungan patriarki. Sistem patriarki menganggap laki-laki lebih baik dan lebih unggul daripada perempuan. Di lain pihak, perempuan tidak bisa bebas berekspresi, karena berada dalam tekanan paham patriarki. Perempuan dikonsepsikan sebagai ’Konco Wingking’ bagi laki-laki. Selain itu, image perempuan dilekatkan dengan 3M (Masak, Macak, Manak). Inilah realita perempuan di bawah bayang-bayang patriarki, suatu ironi! <br />#041, #SIK041Yuliyanto Budi Setiawanhttps://www.blogger.com/profile/00576222293051645568noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5964137449499603293.post-570844085895498762017-03-13T07:07:45.279-07:002017-03-13T07:07:45.279-07:00Iya mbak... Sayangnya masyarakat di Indonesia kura...Iya mbak... Sayangnya masyarakat di Indonesia kurang aware terhadap museum yang sebenarnya sangan membantu kita dan membuka kerangka pikir kita.<br />Dan yang disayangkan pula, berbagai sejarah tentang tokoh ataupun pergerakan dirangkum dan direpresentasikan dalam bentuk film tidak sepenuhnya menggambarkan sejarah atau tokoh yang sesungguhnya. selalu ada 'bumbu' komersial untuk menjual film tersebut. Bahkan jika perlu, sejarah diputar balikkan untuk kepentingan kelompok dominan. sebut saja, contoh dalam tulisan mbak Handrini minggu ini, Dracula Untold.Lailiyanrhttps://www.blogger.com/profile/14208431114488608848noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5964137449499603293.post-27492499711399136412017-03-13T07:00:00.565-07:002017-03-13T07:00:00.565-07:00Iya mbak Kenny, tidak hanya di sinetron, di film a...Iya mbak Kenny, tidak hanya di sinetron, di film ataupun novel pun menurutku juga demikian meskipun tidak separah sinetron dan ftv.<br />kembali ke bahan dua minggu lalu yang dibahas oleh mbak Handrini, Meehan berpandangan bahwa terdapat dominasi kelas dalam industri media, di mana selera khalayak sebagai konsumen diarahkan sesuai dengan keinginan para pemilik media melalui konten yang disajikan oleh media yang dimilikinya. Dan adanya sistem patriarki menjadi salah satu penyebab mengapa perempuan cenderung lebih konsumtif terhadap media daripada laki-laki.<br />Pada akhirnya konten yang disajikan, khususnya sinetron dibuat lebih mengekspesikan emosi agar menarik perempuan dan menguntungkan dominasi laki-laki.<br />Itu sih menurutku....Lailiyanrhttps://www.blogger.com/profile/14208431114488608848noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5964137449499603293.post-71892425516415841472017-03-13T06:59:47.621-07:002017-03-13T06:59:47.621-07:00Wow lail!kereeen,hehe. Aku tertarik dengan pembaha...Wow lail!kereeen,hehe. Aku tertarik dengan pembahasan puisi dan museum dalam chapter the poetic itu. Mengapa justru karya puisi yang menjadi pendekatan dalam memahami makna budaya ya? Padahal kan kita tahu ya kalau makna dalam puisi banyak tersembunyu di balik kiasan yang mungkin hanya bisa dimaknai secara utuh oleh pengarangnya. Mengapa bukan bentuk karya sastra lain yang cenderung lebih mudah untuk dimakna? Kalau untuk museum,baru tersadar- Iya juga ya,museum adalah tempat yang strategis untuk mengartikulasi atau meneguhkan sebuah kerangka pemikiran. Mungkin karena museum di Indonesia tidak begitu populer ya,hingga belum pernah terpikir sebelumnya mengenai museum. Menurutku, sarana yang kemudian justru banyak dipakai untuk merepresentasikan budaya saat ini dalam konteks indonesia lebih ke film ya,berbagai sejarah tentang tokoh ataupun pergerakan dirangkum dan direpresentasikan dalam bentuk film yang renyah untuk dikonsumsi.Anonymoushttps://www.blogger.com/profile/15885494836392858641noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5964137449499603293.post-18442230009619716652017-03-13T06:52:28.225-07:002017-03-13T06:52:28.225-07:00Sama seperti yang aku sampaikan ke mbak zaza, peru...Sama seperti yang aku sampaikan ke mbak zaza, perubahan itu tidak lepas dari regulasi yang dipengaruhi dan/atau mempengaruhi representasi dari rokok itu sendiri. bagaimanapun budaya yang dominan di masyarakat akan mempengaruhi diterima atau tidaknya perempuan perokok.Lailiyanrhttps://www.blogger.com/profile/14208431114488608848noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5964137449499603293.post-60183771968670246272017-03-13T06:29:49.021-07:002017-03-13T06:29:49.021-07:00Kalau menurutku pribadi, salah satunya tidak lepas...Kalau menurutku pribadi, salah satunya tidak lepas dari regulasi juga ya mbak Za...<br />Aku kurang paham juga maksudnya mbak Zaza dengan kemunduran kesetaraan gender. dan kesetaraan, menurutku, bukan berarti sama mbak za... <br />Adanya perbedaan penggambaran perempuan dalam iklan rokok, selain karena regulasi, menurutku juga karena representasi perokok yang berkembang di masyarakat mbak. Lailiyanrhttps://www.blogger.com/profile/14208431114488608848noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5964137449499603293.post-59184694833303847802017-03-13T06:08:53.176-07:002017-03-13T06:08:53.176-07:00Iya mbak Handrini.... representasi sangat mempenga...Iya mbak Handrini.... representasi sangat mempengaruhi terbentuknya makna budaya. dan akan berbeda ketika kita memiliki perbedaan latar belakang pengetahuan...<br />Terimakasih atas responnyaLailiyanrhttps://www.blogger.com/profile/14208431114488608848noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5964137449499603293.post-15012884431974141142017-03-13T03:06:39.517-07:002017-03-13T03:06:39.517-07:00Membaca ini semakin menegaskan bahwa ada kaitannya...Membaca ini semakin menegaskan bahwa ada kaitannya antara kekuasaan dengan praktik pengstereotipean kelompok tertentu ya Mba Lail. Sinetron Indonesia dulu dan sekarang, entahlah, menurutku mengalami kemunduran kualitas secara sisi cerita ya. Tapi, tema besar sinetron itu selalu sama. Pokoknya tokoh utama perempuan kebanyakan teraniaya, sampai rasanya ga masuk akal kok bisa-bisanya ada manusia masih bertahan aja sebegitu sengsara dan tersiksanya 😅. Sebenernya akupun sedikit tertarik untuk mencaritahu lebih jauh, coba perhatikan produk-produk film dan novel yang ditujukan untuk audiens perempuan deh. Kebanyakan alur ceritanya ringan, mudah ditebak, ga perlu banyak mikir, dan mengharu biru. Apa ini artinya perempuan berusaha dibentuk oleh para penguasa supaya istilahnya 'jangan kritis-kritis amat' dan semakin diasah sisi emosionalnya supaya jadi makhluk yang semakin 'labil emosinya' ya? Eh... tunggu. Jangan-jangan aku yang kemakan sistem? Hahahaha 😅Anonymoushttps://www.blogger.com/profile/14492522860348908770noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5964137449499603293.post-52431454146201227812017-03-13T02:47:24.128-07:002017-03-13T02:47:24.128-07:00Pembahasan yang menarik, Mbak Lail, khususnya meng...Pembahasan yang menarik, Mbak Lail, khususnya mengenai iklan rokok dari masa ke masa. Jadi timbul pertanyaan di benak saya, munculnya rokok dengan batang yang lebih kecil menargetkan kalangan perempuan sebagai konsumennya. Jenis nya pun juga bermacam-macam, kebanyakan rasa menthol. Kenapa harus dibedakan begitu ya? Rokok ya tetap rokok, toh sama-sama tidak baik untuk kesehatan. Jika dilihat dari iklan-iklan rokok jaman dulu, perempuan juga ditampilkan sebagai perokok dalam iklan. Namun sekarang, nampaknya jika perempuan merokok maka akan identik dengan perempuan yang tidak baik. Rishafarhttps://www.blogger.com/profile/17843643862790903110noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5964137449499603293.post-2256565802359268132017-03-13T00:22:39.299-07:002017-03-13T00:22:39.299-07:00Mba lail you hit the nail in the head! menarik sek...Mba lail you hit the nail in the head! menarik sekali pembahasan mengenai Exhibiting Masculinity milik Sean Nixon yang mba lail contohkan dengan iklan komersial rokok yang telah berevolusi dari waktu ke waktu.. dulu dan kini perbedaannya begitu terasa ya mba..iklan rokok di Indonesia jaman dahulu selalu menyertakan perempuan dan digambarnya perempuan itu benar-benar merokok artinya rokok disini bersifat netral bukan menjadi simbol dari gender tertentu saja. Kini kalau diperhatikan perempuan memang masih sering tampil dalam iklan rokok, tapi peran perempuan di iklan-iklan rokok tersebut tidak lagi ditampilkan merokok tetapi seolah hanya menjadi aksesoris bagi peran lelaki utamanya, perempuan hanya menjadi pelengkap dalam iklan tersebut yang sebenarnya berguna untuk menciptakan citra "lelaki maskulin selalu dikelilingi oleh perempuan".<br /><br />Apakah ini bisa dibilang sebagai bentuk dari kemunduran kesetaraan gender di Indonesia ya mba?<br /><br />Anonymoushttps://www.blogger.com/profile/01697586025843498065noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5964137449499603293.post-36406305101770085102017-03-12T19:13:28.336-07:002017-03-12T19:13:28.336-07:00keren banget tulisannya.. jadi representasi merupa...keren banget tulisannya.. jadi representasi merupakan bagian penting dari pembentukan makna budaya melalui bahasa (baik lisan maupun visual) yang mempengaruhi dipengaruhi oleh identitas, produksi, konsumsi, dan/atau regulasi ya.. Selain itu representasi juga menimbulkan stereotipe terhadap salah satu kelompok melalui media apapun. Jadi jelas deh mengapa ada dan dilanggengkan stereotipe terhadap perempuan yaitu untuk melanggengkan praktek hegemoni kaum dominan kepada kaum lainnya untuk mempercayai dominasinya secara alami dan tidak terelakkan.handrinihttps://www.blogger.com/profile/06668405896481601438noreply@blogger.com